Selasa, 02 Desember 2008

Tidak Ada Salahnya Belajar dari Pengalaman Obama

Obama Menguasai Suara Anak Muda dan Kaum Minoritas

Dukungan kuat dari kaum muda dan pemilih minoritas melapangkan jalan Barack Obama menuju Gadung Putih, seperti yang ditunjukkan pada hasil pemungutan sementara pada Selasa (4/11) atau Rabu siang WIB. Seperti yang dilansir CNN.com, Rabu (5/11), para mahasiswa dan mahasiswi tampak mengantre pada pemungutan suara yang berlangsung di sebuah kampus University of Central Florida. Para pemilih yang berusia antara 18 tahun sampai 24 itu menyumbang 68 persen suara bagi Obama dan hanya menyisakan 30 persen saja untuk John McCain, demikian menurut hasil perhitngan sementara tersebut. Sementara kaum muda berusia 25 sampai 29 tahun memberikan 69 persen berbanding 29 persen suara untuk kemenangan Obama. Hanya grup, dimana rentang umur McCain berada, yang berumur 65 tahun ke atas, dan memberikan selisih 10 persen , 54 berbanding 44 persen, sesuai perhitungan sementara. Dan kaum minoritas betul-betul memberi kemenangan telak bagi kubu Obama. Kulit hitam, 96 persen Obama ketimbang 3 persen McCain; Latin, 67 persen Obama berbanding 30 persen McCain; dan Asia, 63 persen Obama berbanding 34 persen McCain. Obama mendapat dukungan kuat dari warga Latin yang tak setuju dengan kinerja Presiden Bush yang telah menyebabkan mereka banyak kehilangan pekerjaan, demikian dikatakan analis politik senior CNN, Bill Schneider.

Kelompok pemilih pemula dan anak muda sangat berpengaruh pada telaknya kemenangan Obama atas McCain. Didukung usianya yang masih tergolong muda di gelanggang politik dan lihai memanfaatkkan teknologi internet dalam berkampanye membuat Obama dianggap tokoh yang mewakili kaum muda. Obama mampu membuat anak-anak muda seperti Rafi Zelikowsky sampai bolos dari kelas demi ikut pemilu dan rela menunggu berjam-jam untuk menggunakan hak pilihnya. "Kamilah yang memberikan energi baru," kata mahasiswa suatu universitas di Los Angeles berusia 19 tahun tersebut kepada Associated Press. Loyalitas yang ditunjukkan para pemilih pemula seperti Zelikowsky benar-benar membawa arti bagi sukses Obama. Sejumlah survei menunjukkan bahwa dua pertiga dari jumlah pemilih berusia kurang dari 30 tahun mengaku mendukung Obama. Yang menakjubkan, banyak pemilih pemula yang menyatakan bahwa pemilu kali ini merupakan peluang bagi mereka bersama-sama Obama mencetak sejarah baru.

Jordan Thomas adalah pembuat film amatir asal Brooklyn, New York. Pada 10 Februari 2007, saat pertama Obama mengumumkan niatnya maju sebagai calon Presiden Amerika Serikat, ia melongok situs kampanye senator itu. Di situ, dia melihat petunjuk bagi sukarelawan untuk membentuk kelompok.

”Saya berpikir, ya Tuhan, orang ini menyerahkan kampanyenya kepada orang seperti saya,” kata Thomas, ”ini berarti dia percaya pada kemampuan saya. Jadi saya daftarkan nama tim yang ada dalam bayangan saya: Brooklyn-untuk-Barack.” Itu terjadi pada pukul tiga dini hari.

Kepada orang seperti Jordan Thomaslah Obama berutang. Senator asal Illinois itu berhasil memenangi kompetisi calon presiden asal Partai Demokrat melawan Hillary Clinton. Ada ribuan, mungkin juga puluhan ribu, sukarelawan seperti Thomas, yang terlibat dalam kampanye Obama, bakal pemimpin kulit hitam pertama ke Gedung Putih.

Nama kelompok pendukung Obama unik. Ada NYC4Obama dan The Audacity of Park Slope. Ini pelesetan dari judul buku biografi Obama, The Audacity of Hope. Mereka terang-terangan mendukung Obama melawan senator negara bagian mereka sendiri, Hillary Clinton. Setiap bulan, para sukarelawan berkumpul bersama sebelum mengetuk satu per satu pintu rumah orang demi mencari dukungan. Mereka ramai bertepuk tangan saat wajah Obama muncul di layar televisi yang memutar rekaman biografinya. Sebagian sudah punya situs sendiri, mendesain logo, serta berbagi info dalam jaringan pertemanan Facebook dan Myspace.

Thomas mengungkapkan situs Obama membangkitkan keinginan bukan hanya untuk menyumbangkan uang—modus dukungan standar bagi dunia politik Amerika—tapi juga menggelitiknya terlibat kampanye. Bahkan menggalang kampanye sendiri dengan cara yang ia yakini.

Internetlah yang menghubungkan Obama dengan puluhan ribu pendukung dan sukarelawan seperti Jordan Thomas di seantero negeri. Calon presiden dari Demokrat itu sadar, sebagian besar pemilihnya adalah kalangan belia, dengan usia 18 sampai 29 tahun. Mereka tentu akrab dengan dunia maya.

Maka, di tangan Chris Hughes, satu dari dua pendiri jaringan Facebook, pusat komando Obama di Chicago membuat teknologi informasi sebagai strategi perang. Hughes adalah anak muda berusia 24 tahun yang kuliah di Harvard University. Ia direkrut Obama sebagai koordinator komunikasi Internet.

Dengan jaringan berlapis bak multilevel marketing, mesin kampanye Obama menghubungkan setiap orang di daftar pemilih dan membiarkan mereka bekerja. Mereka yang bersimpati kepadanya siap menggunakan komputer pribadi mereka. Juga memanfaatkan fasilitas telepon gratis di malam hari dan akhir pekan dari jaringan telepon seluler. Tujuannya, mengorganisasi kampanye dari tingkat paling bawah.

Mereka menggunakan situs pertukaran video YouTube untuk berhubungan. Terbukti videonya, I Got a Crush on…, berupa tayangan Obama bernyanyi dengan gaya lip-sync, amat populer di YouTube. Dengan kekuatan jaringan pertemanan dan pertukaran video, pernah suatu kali Obama berhasil mengumpulkan dana US$ 1 juta (setara dengan Rp 9,3 miliar lebih) hanya dalam satu jam melalui klik Internet.

”Mereka punya alatnya dan mereka yang membangun sendiri,” kata Joe Trippi, juru kampanye kandidat Howard Dean, yang pada 2004 memusatkan perhatian pada pemilih muda. Ia terkesima melihat anak-anak muda yang menjadi tulang punggung kampanye Obama. ”Kampanye Dean bagaikan saat-dua bersaudara Wright menemukan kapal terbang. Empat tahun kemudian sudah berkembang sepesat roket Apollo,” Trippi mengumpamakan.

Situs Econtentmag.com di Amerika mencatat Obama menggunakan sejumlah modul Web 2.0 yang membuat pesan tak berjalan satu arah, tapi bolak-balik antara pengirim pesan dan penerima. Awalnya pada 2007, tim kampanye Obama mulai mendapat puluhan ribu email atau surat elektronik. Mereka butuh cara cepat untuk membalas semuanya. Mereka lalu mendekati RightNow Technologies untuk membuat program komunikasi langsung, mudah, dan memihak pembaca.

Colin Jones, pemimpin proyek Obama di RightNow Tech, mengatakan perusahaannya membuat dua program. Yang satu berjudul Undang-Barack. Inilah sistem jawab email bagi undangan dari kalangan nonmedia bagi Obama atau juru kampanyenya untuk hadir dalam acara lokal. Pendukung Obama tinggal mengisi formulir online yang kemudian diproses tim khusus. ”Sistem ini membuat tim kampanye bisa memonitor tren, seperti lokasi, pesan kampanye, dan organisasi, untuk dipakai lagi dalam kampanye,” kata Jones.

Satu lagi berupa program Pusat-Jawaban-Obama. Program ini membuat pendukung bisa mencari dan menemukan sendiri jawaban pertanyaan yang sering dilayangkan (frequently-asked-questions). Situs Obama menggunakan formulir yang telah lazim digunakan di situs lain, seperti Agen Perlindungan Lingkungan, Electronic Arts, dan Nikon. Pendukung Obama dapat mencari jawaban pertanyaan sesuai dengan kategori dan kata kunci, melihat jawaban yang paling populer, serta memasukkan pertanyaan yang belum terjawab.

Nah, karena sistem ini mencatat semua tindakan dan masukan dari para pendukung, tim Obama bisa memahami tren pertanyaan tentang isu apa yang menjadi perhatian orang di wilayah itu. ”Mereka bisa membuat iklan sesuai dengan permintaan,” ujar Jones. Sistem ini juga membuat mereka belajar tentang jawaban paling disukai dan dibenci sehingga bisa senantiasa diperbaiki.

Masih banyak lagi program ajaib dari situs www.barackobama.com ini. Central Desktop membantu Obama merekrut, melatih, dan memberi alat bagi ribuan sukarelawan di California dan Texas. Situs pendukung www.mybarackobama.com membantu sukarelawan menampilkan profil mereka dan berhubungan satu sama lain, menemukan dan membentuk kelompok pendukung, membuat situs donasi pribadi untuk Obama. Juga menemukan acara atau membuat sendiri acara lokal dan menuliskan pengalaman kampanye mereka dalam blog atau situs pribadi.

Bahkan Obama mengakui hasil Internet jauh melampaui harapannya: ”Saya kaget betapa efektifnya penggunaan Internet untuk meraih rakyat, baik dalam hal finansial maupun organisasi,” katanya. ”Ini salah satu kejutan terbesar dalam kampanye ini—betapa kuatnya pesan kita menyatu dalam jaringan sosial dan kekuatan Internet,” Obama menambahkan.

Sebagai bekas penggiat komunitas gereja, Obama sebetulnya tak asing dengan kegiatan ketuk-mengetuk pintu orang. Dalam sebuah conference call dengan 400 pemimpin sukarelawan pendukungnya, ia memberikan tip begini: ”Jangan minum. Jangan hanya bicara, tapi simaklah yang banyak,” katanya.

Sebagai sebuah entitas bisnis, Obama telah menjelma menjadi sebuah ”produk” yang laku dan bermutu. ”Barack Obama adalah tiga hal yang paling Anda idam-idamkan sebagai merek,” kata Keith Reinhard, chairman emeritus perusahaan iklan DDB Wordwide. ”Dia baru, berbeda, dan menarik.”

Tidak ada komentar: