Selasa, 02 Desember 2008

Marketing Politik: Strategi Membangun Konstituen dengan PR

Marketing Politik: Strategi Membangun Konstituen dengan PR

Narasumber : DR. Rainer Adam, Direktur FNSt Jakarta
DR. Firmanzah, FE Universitas Indonesia

Masyarakat luas masih banyak yang mempunyai persepsi negatif terhadap istilah marketing politik. Hal ini bisa terjadi karena marketing politik diidentifikasikan sebagai penjualan sebuah produk industri dan bahkan sebagian orang menganggap marketing politik sebagai bentuk dari Komersialisasi atau Amerikanisasi politik.

Sesungguhnya marketing politik sudah lama berjalan di Indonesia, seperti di jaman orde baru banyak spanduk-spanduk berisi tentang ajakan bergabung untuk mengikuti tabligh akbar atau musyawarah daerah dll, dipasang besar-besaran di tempat-tempat yang strategis.

Lebih jauh, marketing hari ini tidak lagi hanya berbicara tentang jual menjual barang, melainkan di sana terkait dengan masalah produk development, image building, inovasi, pemahaman terhadap konsumen dan sampai pada proses-proses yang sifatnya relasional. Dan oleh karena itu, marketing dipakai di banyak aktivitas, seperti di Gereja, Museum, Rumah Sakit dan juga di dalam politik.

Marketing baru signifikan, jika di sana terdapat persaingan. Untuk memenangkan persaingan diperlukan instrumen dan marketing menyediakan berbagai instrumen yang diperlukan untuk memenangkan persaingan tersebut. Dan bagi partai politik serta politisi persaingan menjadi menu utama. Berangkat dari sana, maka marketing politik bagi partai politik dan politisi mejadi alat yang cukup penting.

Di era global, marketing politik menjadi hal yang tak dapat lagi ditinggalkan, pertanyaannya adalah sejauh mana partai politik dan politisi mampu membuat marketing politik yang efektif. Struktur masyarakat telah berubah secara dinamis, dimana masyarakat lebih mandiri, transparan, mobilitasnya tinggi, mempunyai peluang untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi yang sangat besar dan dengan biaya yang terjangkau.

Agar marketing politik dapat efektif, maka partai politik atau politisi harus mampu merumuskan satu fokus atas sasaran yang akan dituju. Partai politik harus mampu mengenali konstituennya, simpatisannya dan terus menerus mengamati apa yang dilakukan oleh para pesaingnya. Dengan demikian, maka partai politik akan mampu merumuskan ”Citra Target” yang diinginkan dan mempunyai fokus dalam membidik targetnya.

Partai politik harus mampu membuat komunikasi politik sesuai dengan karakter masyarakat yang sedang menjadi target. Apabila target yang akan dicapai adalah para petani, maka tema yang dibicarakan lebih banyak berkisar soal-soal pertanian, seperti pupuk. Dan untuk meyakinkan mereka atas produk politik yang harus mereka pilih, maka partai politik tidak cukup berkampanye jika mendekati pemilu saja, melainkan kampanye harus dilakukan secara permanen, kontinyu dan berkesinambungan atau dapat disebut kampanye politik.

Sebelumnya, masyarakat kekurangan informasi politik, tetapi saat ini masyarakat telah kebanjiran informasi politik. Dalam situasi semacam ini, partai politik harus pandai-pandai mengemas informasi politik, sehingga informasi politik tersebut dapat diterima dengan baik oleh publik yang menjadi sasaran pembentukan citra.

Citra dalam politik memegang peran yang sangat besar. Apabila citra seseorang sudah terlanjur rusak, maka sangat sulit untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, dalam pencitraan, semua harus dihitung dengan akurasi dan presisi tinggi. Dan citra partai tidak ada gunanya, apabila tidak dibarengi dengan kondisi riil di dalam partai politik itu sendiri.

Tidak ada komentar: