Selasa, 02 Desember 2008

PPP Rangkul Akar Rumput

PPP Rangkul Akar Rumput
Berebut ‘Pasar Islam’ dalam Pemilu 2009 (5-Habis)
Ahluwalia
Suryadarma Ali
(iPhA/Abdul Rauf)

INILAH.COM, Jakarta – Konfik internal sering mengerdilkan partai politik berbasis Islam. Suryadharma Ali meredamnya dengan merangkul semua kelompok.

Analisa berbagai lembaga survei menyingkapkan kecenderungan semakin merosotnya partai Islam. Massa pendukung partai Islam akan beralih ke partai yang nasionalis religius.

Banyak hal jadi penyebabnya. Selain makin lunturnya fanatisme terhadap partai Islam, juga tersebab meningkatnya kecerdasan politik masyarakat. Selain itu, ada pula karena lemahnya program partai hingga faktor konflik internal.

Faktor terakhir ini lebih sering melanda partai politik, baik yang berasas Islam maupun nasional. Konflik biasanya terjadi karena rebutan jabatan di dalam partai. Hal ini karena belum dewasanya partai dalam menerima nilai demokrasi, dengan menghargai suara massa.

Jargon ‘siap kalah dan siap menang’ yang sering diucapkan dalam berpolitik baru sebatas retorika. Pihak yang menang terkadang menghalalkan segala cara dalam meraih kemenangan. Demikian pula dengan pihak yang kalah, ternyata tidak siap menerima kekalahan.

PPP menghadapi tugas berat. Terpilihnya Suryadharma Ali sebagai nakhoda partai Islam ini, diiringi tanggung jawab berat yang penuh tantangan. Tugas pertama yang mengadang adalah menjaga keutuhan partai ke depan pasca Hamzah Haz. Persaingan kandidat ketua dalam muktamar jangan sampai menimbulkan konflik internal, sehingga tidak terjadi penggembosan.

PPP hendaknya bisa mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu. Dulu PPP pernah ditinggal oleh NU karena kecewa dengan iklim politik yang ada. Akibatnya suara PPP dalam pemilu merosot tajam. Demikian pula dalam masa reformasi, tokoh-tokoh PPP banyak yang keluar karena kecewa dan kemudian mereka mendirikan partai baru (PBR).

Pendeknya, ketika ada kelompok yang dikecewakan atau karena saluran demokrasi tersumbat, muncullah konflik internal. Untuk itu betapa pentingnya komunikasi politik dalam rangka saling menghargai dan menghormati sebagai perwujudan dari ukhuwah islamiyah.

Kata kunci menjaga keutuhan partai Islam adalah dengan mengaktualisasikan persaudaraan Islam. Kalau nilai itu benar-benar ditegakkan dengan jujur, tentu tidak ada pihak yang merasa kalah dan menang. Dengan demikian semua kelompok yang ada dalam partai mendapat tugas yang sama menjaga nama baik partai sekaligus bersama-sama untuk membesarkannya.

Untuk itulah, dalam kerangka merangkul basis Islam tradisionalnya, PPP era Suryadharma mengutamakan kepentingan partai. Dia merangkul semua kelompok yang ada di PPP baik NU, Parmusi, PSII maupun Perti dan Muhammadiyah.

Suryadharma memasukan sejumlah tokoh NU dalam susunan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) periode 2007-2012. Sebutlah KH Nur Muhammad Iskandar SQ, menjadi Wakil Ketua Majelis Syariah, mendampingi kiai sepuh KH Maemun Zubair sebagai ketua. Ketua Umum PP GP Ansor Saifullah Yusuf juga ditempatkaan di Majelis Pertimbangan Partai (MPP). Cak Ipul, panggilan akrab mantan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) itu, dipercaya sebagai wakil ketua bersama Rhoma Irama.

Selain menempatkan tokoh NU, Suryadharma juga merangkul rival terdekatnya pada Muktamar PPP keenam. Arief Mudatsir Mandan dan Endin J Soefihara duduk di jajaran ketua. Sementara kubu Islam modernis (Muhammadiyah, Perti, Parmusi, PSII) dimasukkan ke dalam jajaran elite memalui akses Bachtiar Chamsyah dan kawan-kawan.

Di era Suryadarma, PPP mulai menggeliat, namun masih ada catatan penting yang harus ditunutaskan. Belum ada Badan Litbang yang kuat, tak ada platform mengenai Indonesia seperti apa yang diinginkan oleh PPP di masa depan.

Lalu, ekonomi macam apa yang mau dibangun: kapitalis, sosialis, ataukah campuran dengan bumbu rujak ala Islam? Ekonomi Neoliberalisme atau ekonomi pasar sosial? Apakah akan menjadi negara agama atau negara kebangsaan? Apakah mengejar pertumbuhan ataukah keadilan? Memihak konglomerat atau konglomelarat? Semua masih bisa dipertanyakan. Dan tugas DPP PPP untuk memberikan jawaban, sekalipun mungkin tak memuaskan. [Habis/I4]

Tidak ada komentar: